Agar Santri tidak Gatek Internet

Internet dapat menjadi sarana syiar digital
Internet ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, internet berbahaya kalau disalahgunakan, misalnya menyangkut masalah pornografi. Namun di sisi lain, bila dipergunakan dengan baik, internet juga menawarkan peluang dan memberikan manfaat yang sangat banyak, termasuk dalam bidang dakwah.

Karena itu, generasi muda perlu sekali mengenal dan memahami (awareness) tentang internet, agar bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Hal ini pun berlaku bagi kalangan pesantren yang merupakan salah satu pusat pencetak kader-kader dakwah di masa depan. Para santri harus melek teknologi digital (internet).

Berangkat dari pemikiran tersebut, PT Telkom dan harian umum Republika meluncurkan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kalangan pesantren bertajuk 'Santri Indigo'. ''Kegiatan ini bertujuan agar para santri tidak gagap teknologi (gatek) internet. Kita berharap dari kegiatan ini akan lahir santri-santri yang berkarya dan berbudaya digital, mengedepankan mentalitas positif dalam mencipta dan berkarya, dan membina silaturahmi dengan membentuk Indonesia Digital Community (Indigo),'' kata Direktur IT PT Telkom Indra Utoyo.

Pelatihan Santri Indigo Angkatan Pertama digelar di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, 22-23 Desember 2007. Pelatihan tersebut diikuti 60 santri dan 15 ustadz yang berasal dari sembilan pesantren diDepok. Yakni, Pesantren Al-Hamidiyah, Al-Hidayah, Hidayatullah, Al-Ittihad,
Al-Karimiyah, Nurul Huda, Qatrun Nada, Al-Awwabin, dan Nurul Zahro.
Acara pelatihan tersebut diresmikan oleh Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail, dan dihadiri antara lain, Direktur Marketing PT Republika Media Mandiri (RMM) Nuky Surachmad, Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika
Ikhwanul Kiram Mashuri, Eksekutif General Manager Telkom Divisi Regional Jakarta Adeng Ahmad, dan GM Telkom Bogor Pasabri.

Kegiatan ''pesantren goes to digital'' ini diberikan kepada santri dalam bentuk Workshop selama dua hari. Hari pertama berupa motivasi dan teori tentang beberapa bidang ilmu digital yang diperlukan. Sedangkan hari kedua, santri langsung praktik di komputer untuk membuat digital library, blog, networking dan lain-lain. ''Untuk itu, tiap kelompok peserta (pesantren) mendapatkan satu meja dan beberap komputer, agar bisa langsung praktik di tempat,'' kat Ketua Panitia Pelatihan Santri Indigo, Dedik Supardiono.

Bahaya versus Manfaat
Indra Utoyo menjelaskan, ibarat pedang bermata dua (sebagaimana halnya produk teknologi lain), mempunyai sisi baik dan buruk. Apabila sisi buruk yang digunakan, maka kerugianlah yang didapat. Namun jika sisi baik teknologi yang dimanfaatkan, maka kemajuan dan keuntungan yang akan diraih. ''Mentalitas positif dalam memanfaatkan internet akan membawa pada kemudahan-kemudahan dalam hidup. Para santri yang melakukan dakwah akan sangat terbantu dengan adanya teknologi internet. Internet dapat menjadi sarana syiar digital,'' tandas Indra Utoyo.

Hal senada diungkapkan Muhammad Fahmi Aulia, Senior IT Business Development Rileks.com. Ia mengemukakan, banyak ancaman atau bahaya di internet, misalnya pornografi, bisnis palsu (penipuan), carding (pencurian identitas kartu kredit), virus dan hacking. ''Namun di sisi lain, banyak pula manfaat internet, misalnya pengetahuan (nyaris tanpa batas), sarana komunikasi murah (email, chat, telepon internet), sarana promosi massal (bisnis), nyari tidak ada batas wilayah dan waktu, serta sarana sosial yang begitu luas,'' papar Muhammad Fahmi Aulia.

Ariyanto dari MACS 909 menjelaskan, begitu banyak manfaat yang bisa dipetik dari teknologi digital. ''Kita bisa membuat digital illustration, digital imaging, digital electronics, digital website, digital music, e-book, blog, digital video, sound designs, digital photography dan lain-lain,'' urainya.
Karena itu, para santri dan da'i pun perlu memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi digital tersebut, untuk berbagai hal yang positif dan mendidik, termasuk berdakwah. ''Jadilah santri dan da'i yang kreatif. Manfaatkanlah teknologi digital. Biarkan dunia mendengar ide-idemu melalui teknologi digital,'' tandas Ariyanto.


Pesantren dan internet
Fahmi Aulia menegaskan, bahwa pesantren pun perlu sekali memanfaatkan internet dengan sebaik mungkin. ''Internet merupakan media dakwah, untuk berjihad, serta memberitahukan kebenaran. Internet pun merupakan media silaturahim dengan sesama saudara (Muslim) tanpa mengenal batas (ruang dan waktu),'' tegasnya.Ia mencontohkan internet sebagai media dakwah. Kini banyak situs atau media online yang menyajikan informasi mengenai keislaman/dakwah, termasuk mengenai ekonomi syariah. Misalnya, Hidayatullah.com, eramuslim.com, Al-ikhwan.net, Syariahonline.com, khutbahjumat.wordpress.com, Dakwatuna.com, dan Tausiyah275.blogsome.com.

Meskipun demikian, jumlah informasi mengenai Islam yang tersedia di internet masih sangat minim dibandingkan dengan informasi-informasi lainnya (yang tidak bermanfaat). ''Kalau kita perhatikan mengenai perbandingan antara informasi Islam dan hal-hal lain yang tidak bermanfaat, hati kita akan miris, karena jumlahnya masih sangat jomplang,'' kata Kabag Sistem Informasi harian umum Republika, Slamet Riyanto.Ia lalu mencontohkan kata ''porn'', ''Islam'' dan ''moslem''. ''Kalau kita searching di Google, data hari Ahad, 23 Desember 2007, pukul 10.00, kata ''porn'' mencapai 329 juta item, sedangkan kata ''Islam'' ada 91,5 item dan moslem ada 2,95 item,'' paparnya.

Karena itu, umat Islam perlu melakukan penetrasi item mengenai Islam, pesantren dan lain-lain yang berkaitan dengan dakwah Islamiyah ke internet sebanyak-banyaknya. ''Inilah dasar kami mengadakan Pelatihan Santri Indigo. Para santri mempunyai dasar akhlak yang baik. Di pesantren terdapat potensi kognitif yang bisa dikembangkan. Kita berharap para santri yang telah mengikuti pelatihan ini kelak akan dapat membanjiri internet dengan informasi-informasi yang bermanfaat, khususnya mengenai keislaman, sehingga bisa menjadi penyeimbang informasi-informasi yang tidak bermanfaat yang sampai saat ini masih mendominasi internet,'' tegas Slamet Riyanto yang juga Wakil Ketua Panitia Pelatihan Santri Indigo.

Taufik Hidayat, Operation Senior Manager Billing Operation PT Telkom menegaskan, teknologi informasi(TI) menjadi kekuatan penggerak perubahan yang sangat fenomenal di setiap aspek kehidupan. ''Karena itu,perkembangan TI dan internet perlu disikapi degantepat untuk memberi manfaat seluas-luasnya dan meminimalkan risikonya,'' tandasnya.Umat Islam, termasuk para santri, tidak boleh alergi internet. Islam tidak melarang penggunaan teknologi selama tidak merugikan orang lain, dan tidak digunakan
untuk menyekutukan-Nya. Teknologi yang dimanfaatkan dengan baik dan benar, akan menunjang ibadah. Begitu pula penggunaan internet di kalangan pesantren. Seperti kata Direktur IT PT Telkom Indra Utoyo, ''Internet dapat menjadi sarana syiar digital.''

Membuat Blog Pesantren
Setelah mendapatkan pembekalan berupa motivasi dan teori, para peserta pelatihan mempraktikkan langsung cara pembuatan blog. Mereka dibimbing langsung oleh Kabag Sistem Informasi Republika, Slamet Riyanto.

''Melalui pembuatan blog tersebut, para santri dan ustadz kita memperkenalkan pesantrennya dan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para santri pesantren tersebut kepada masyarakat luas,'' tandas Slamet Riyanto.

Pelatihan dan praktik pembuatan blog tersebut mencakup cara membuat blog di internet, imaging dan pengolahannya, mengisi content di internet, menyimpan album foto di internet, mengenal situs blogger, tahapan membuat blog, mengisi blog, dan membuat email. ''Diharapkan dengan adanya pembuatan blog pesantren akan terjadi interaksi antar-santri dan pesantren di
dunia maya, atau kita sebut Santri Indigo (Indonesia Digital Community),'' tutur Slamet Riyanto. Sumber: REPUBLIKA, Senin,24 Desember 2007, Hal:20

/span>
Tags: , ,

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

0 Komentar

Posting Komentar