Mirisnya Buku Perpustakaan

Oleh: Slamet Riyanto-Pengamat Perpustakaan)
(Artikel ini pernah dimuat di Tabloid Tekad 1998)

Suatu saat saya datang ke beberapa toko buku di Jakarta untuk mencari buku-buku tentang perpustakaan, hasilnya sangat mengecewakan, tidak ada buku-buku yang baru, yang masih terpajang di etalase hanya buku lama dengan penulis itu-itu saja.

Kelangkaan buku perpustakaan membuat miris, karena berkaitan erat dengan kerangka system informasi lokal, nasional dan regional.Minimnya literature perpustakaan dalam negeri juga dikeluhkan oleh para mahasiswa yang kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan, untuk melengkapi literaturnya, mereka harus rajin berburu buku dari luar negeri, untuk masa sekarang sudah lumayan karena tertolong dengan adanya teknologi internet, sehingga bisa ekplorasi literature sampai manca negara.

Beruntung bagi mahasiswa yang mempunyai dosen yang rajin berburu informasi di internet, karena akan selalu mendapat informasi yang beragam dan bahkan telah diramu dari berbagai sumber.Kelangkaan literatur perpustakaan di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah masih sangat terbatasnya tenaga ahli bidang perpustakaan, tidak produktifnya para pustakawan, dan belum banyak penerbit yang mau menerbitkan.

Perpustakaan Sebagai Ilmu BaruI

lmu perpustakaan boleh dibilang baru dilingkungan akademis di Indonesia, bahkan disiplin baru ini belum banyak dilirik oleh kalangan pebisnis bidang pendidikan, terbukti masih minimnya universitas swasta yang menyiapkan program ini. Saat ini perguruan tinggi yang melayani program perpustakaan masih dapat dihitung dengan kedua tangan kita, padahal dilihat dari sisi lapangan kerja di Indonesia sangat terbuka lebar. Kondisi ini diperparah dengan para lulusan dari disiplin ilmu perpustakaan yang tidak semuanya menggeluti ilmunya, banyak pustakawan yang beralih haluan profesi ketimbang menekuni mengelola buku di perpustakaan. Alasanya klasik, ilmu perpustakaan belum bisa banyak dijual.

Mengatasi kelangkaan buku perpustakaan seperti sulitnya mengurai benang kusut, disatu sisi masih perlu kampanye pentingnya ilmu perpustakaan bagi peradapan modern, disisi lain para pustakawan itu sendiri masih malas berkampanye bahkan untuk menulis literaturpun nyaris tidak ada. Pustakawan tidak ProduktifMengapa pustakawan kita tidak produktif? Sangat ironis di zaman informasi ini, cibiran terhadap pustakawan masih saja muncul.

Pustakawan biasa diidentikan dengan lemari katalog, tumpukan buku berdebu, kacamata, dam menyeramkan, namun ini harus segera ditinggalkan dan diganti dengan remote acess, tampilan home page yang menarik, interaktif, dan siap mengantar pemakainya ke perpustakaan manapun di dunia ini. Itulah teknologi informasi dan komputer yang dalam dasawarsa terakhir ini menjadi trend para penjaja dan pemburu informasi.

Mengubah paradigma memang sulit, namun harus dimulai, pustakawan modern harus mampu menguasai minimal tiga hal yaitu ilmu perpustakaan itu sendiri, teknologi informasi, dan komputer. Penguasaan disiplin ilmu perpustakaan modern dan futuristik sangat penting bagi pustakawan.

Dimulai dari kalangan akademisi, wawasan para dosen harus dibuka, pemahaman ilmu perpustakaan harus diramu dengan teknologi informasi dan komputer modern. Mengubah pandangan perpustakaan klasik menjadi perpustakaan cyber. Keasikan mempelajari teori perpustakaan sering kali lalai memasukkan teknologi informasi yang saat ini makin berkembang.

Kecanggihan teknologi yang telah melahirkan electronic library, buku digital, bahkan toko buku elektronik, belum juga menarik minat para pustakawan untuk berkreasi. Tengok saja di milis the_ics@yahoogroups.com, sebuah groups milis para pustakawan dan ahli bidang archive, belum banyak diskusi yang bisa melahirkan inovasi baru. Mustinya sarana ini menjadi ajang diskusi yang dapat melahirkan berbagai inovasi bidang perpustakaan dan kearsipan.

Ketertinggalan para pustakawan juga akibat dari ketertinggalannya dibidang penguasaan teknologi, padahal teknologi informasi dan komputer sangat berkait erat dengan tujuan perpustakaan yaitu sebagai penyimpan dan temu kembali informasi denga cepat dan tepat. Banyak hal ilmu perpustakaan yang musti disesuaikan dengan perkembangan teknologi, misalnya masih efektifkan kartu katalog bagi perpustakaan maya.

Munculnya perpustakaan cyber, buku elektronik, bahkan toko buku elektronik memberi tantangan baru bagi para pustakawan. Dibidang teknologi komputer, saat ini banyak software dan system database yang bisa di kembangkan untuk membangun perpustakaan digital, baik yang berbasis web maupun untuk sistem jaringan lokal. Cold fusion misalnya, merupakan software yang berbasis web yang menyediakan banyak fitur untuk pengembangan sistem data base, atau produk Microsoft yang bisa untuk mengembangkan perpustakaan digital.

Pustakawan kita harus selalu di'cubit', agar bergairah dan produktif dalam menulis. Banyak cara yang bisa dilakukan, dengan lomba menulis misalnya atau melalui program pemerintah dan swasta. Para pustakawan juga musti mampu bersaing dalam menulis secara profesional, mencari enggel yang pas agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan berguna. Zaman informasi merupan moment tepat bagi pustakawan untuk posisioning, banyak hal yang bisa ditawarkan. Jarang sekali kita menemukan tulisan tentang perpustakaan yang bersifat futuristic dan penuh inovasi.

Keengganan Penerbit

Ketika persoalan ditanyakan ke Penerbit, sebenarnya pihak penerbit tidak begiru masalah dengan penerbitan buku bertanjuk perpustakaan. Yang jadi persoalan adalah tidak adanya resources yang cukup kompeten untuk menulis hal itu. Awod Said, seorang pimpinan penerbit di Jakarta memaparkan, penerbitan buku yang konsumennya sekmented sebenarnya bagi penerbit tidak masalah, hanya saja kalau penerbit kecil masih enggan karena invenstasinya akan tertahan lebih lama lantaran buku sekmented biasanya tingkat lakunya rendah dan lama. Lebih lanjut Awod menjelaskan bahwa buku-buku seperti itu hanya mampu diterbitkan oleh penerbit besar, karena bagi mereka materi buku tidak begitu masalah, namun keragaman dan kekayaan judul buku sudah menjadi salah satu targetnya.

Kampanye Perpustakaan

Di Amerika, seperti pernah ditulis HU republika, Ibu negara yang kebetulan juga seorang pustakawan gencar berkampanye pentingnya literature, memang sangat beruntung negara paman sam itu, untuk menggairahkan para penulis Ibu negara mengumpulkan para penulis dan berbicara soal buku dan minat baca.Memang sulit memasukkan kerangka ilmu perpustakaan dalam kerangka bisnis, belum semua pimpinan merasa penting dengan kehadiran perpustakaan di instansinya.Itulah yang terjadi, kapan kita harus memulai agar perpustakaan menjadi ilmu yang selalu berdampingan dengan teknologi informasi dan komputer? Semua akan kembali lagi kepada para pustakawan agar selalu menulis dan memberi gagasan baru didunia perpustakaan
Tags:

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.

1 Komentar

  1. memang memrehatinkan sekali masyarakat sekarang

Posting Komentar