Meski beberapa bagian --promosi dan corporate secretary-- sudah mendiskusikannya sejak lama, rencana penerbitan buletin itu baru terwujud bulan ini. Untk mempercepat terbitnya buletin tersebut, Haidar Baqir, pemimpin perusahaan kami, menunjuk Ahmadie Thaha yang sehari-hari sebagai Manajer Pusat Informasi dan Komputasi, untuk merealisasikan cita-cita lama itu. Dan, ''pucuk dicinta ulam tiba''. Sebuah buletin internal khusus yang telah lama kami tunggu itupun terbit.
Menurut, Haidar Baqir, buletin ini diharapkan mampu membangun komunikasi internal yang intensif. Kesibukan karyawan di perusahaan pers memang luar biasa sehingga frekuensi pertemuan antar karyawan relatif rendah. Karena itu, komunikasi khusus --melaui buletin-- kami perlukan, antara lain untuk membangun disiplin. Disiplin adalah kunci untuk meningkatkan profesionalisme. Profesionalisme adalah fokus pembicaraan pertemuan karyawan Republika di bulan Juli 1997. Nama ''Peduli'' juga sesuai dengan semboyan kami di tahun 1997, yaitu Time to Care, Waktu untuk Peduli. ''Buletin ini diterbitkan untuk saling mengingatkan seluruh karyawan dan pimpinan HU Republika, agar peduli terhadap perkembangan perusahaan dan selalu sadar akan tantangan yang mungkin menghadang,'' kata Haidar.
Laiknya sebuah tabloid, perwajahannya pun bervariasi dan terkesan serius tapi ringan. Ada humor dan karikatur yang mengundang tawa, ada celetukan-celetukan, ada pula iklan dan rubrik cerita. Tak lupa, ada woro-woro seputar kejadian yang dialami anggota keluarga kami, baik kisah sedih maupun gembira. Bila biasanya hanya wartawan yang menulis berita di koran kami, kini semua karyawan Republika, sejak Satpam sampai kepala bagian, bisa menulis untuk buletin Peduli. Tak heran, pada edisi perdana ini muncul nama-nama penulis seperti Sudarso, Bambang Djarot Iswoyo, dan Isdiyanto. Tampil pula ''penyair tiban'' Yosef Suprayogi yang sehari-harinya menulis untuk Trendtek. Rupanya, Yosef yang biasanya berkutat di teknologi da komputer ini berbakat pula menjadi pencipta puisi. Ada pula perupa Zulkifli Faiz yang bermain ''grafis-digital'' dalam karya bertitel Sisa-sisa Atlanta. Dan, di Republika ternyata ada pula yang berbakat menjadi model, yaitu Maulia Arianti.
Pokoknya, semua yang ada di ''rumah besar'' dan ''dapur'' Republika ada dalam Peduli. Semua peristiwa penting yang terjadi direkam dalam enam belas halaman berwarna. Semua karyawan Republika diundang untuk menuangkan idenya di tabloid ini. ''Tak dibatasi kok. Yang sudah mahir maupun yang belum mahir menulis bisa ramai-ramai mengisinya. Semua bebas ikut mengisi Peduli,'' kata Ahmadie Thaha. Menurut Ahmadie, arti penting buletin ini adalah sebagai sarana komunikasi. Sering seorang karyawan tak mengetahui apa yang tengah terjadi pada karyawan lain, karena jumlah keluarga kami semakin membesar. Dan, bagi karyawan Republika tak perlu takut tak kebagian Peduli.
''Buletin ini akan kami bagikan tiap akhir bulan bareng dengan slip gaji,'' kata Ahmadie. Yang jelas, buletin Peduli ini dikelola oleh tenaga-tenaga khusus lho. Beberapa ''pejabat'' pentingnya, antara lain: Pelindung (Parni Hadi dan Haidar Bagir), Pembina (Tommy Tamtomo, Ahmadie Thaha, dan S. Riyanto), Ketua Penyunting (Nashrun Mardjuki), Peng. Usaha (Rahmat Riyadi), dan Penyunting (Imam Suyono dan Rusdy Nurdiansyah). Selamat ber-Peduli! n. Sumber:REPUBLIKA, Minggu,06 Juli 1997, Hal:2
0 Komentar